14 July 2015

Jilbab dan hidayah cara mencintai pekerjaan

Assalamualaikum..

Ini blog pertamaku, bingung harus mulai mengetik darimana dan harus menulis apa :D
Anggep aja ini catatan kecilku..

 
Image by: www.popsugar.com

Namaku Fresya, aku hidup sebatang kara di luasnya Ibu Kota. 3 tahun yg lalu aku cuma seorang mahasiswi biasa di sini pindahan dari kota lahirku Semarang. Semua bekal yg aku bawa kesini adalah buah dari hasil keringatku, ingat waktu masih di Semarang dulu hampir tiap siang saat kuliah ataupun waktu senggang di sore hari, aku menyibukkan diriku sendiri berkeliling tempat mendatangi orang satu persatu untuk menawarkan jilbab dan menjualnya pada mereka.
Aku orang dari latar belakang kehidupan yg biasa-biasa aja, Umi (panggilan bagi ibuku) adalah seorang  perancang busana kecil-kecilan, beliau menjual baju busana muslim hasil karyanya sendiri di toko kecil yg kami miliki di sebuah pasar di daerah Semarang. Dan Abah (panggilan bagi ayahku) adalah seorang penjual besi kiloan dan memiliki tempat kecil-kecilan di samping rumah untuk menjalankan usahanya.

Aku pernah berfikir untuk bisa mandiri, mencoba banyak hal dan berusaha mewujudkan mimpi. Pernah suatu ketika saat sore hari aku menjual jilbab, aku bertemu seorang ibu tua dengan pakaian lusuh yg ingin membeli jilbab yg aku bawa di tanganku. "Dek, jilbabnya berapaan?" tanya sang ibu "yg biasa 25ribu bu, kalo yg ada hiasan kayak gini 45ribu" jawabku. Ibu itu lantas mengambil uang yg ada di dompet beliau, tapi uang yg beliau keluarkan semuanya koin receh. Beliaupun mulai menghitung tiap koin yg berada di tangannya, "Dek, uang ibu masih belum cukup.. Cuma ada 18ribu 7ratus.." sembari memandang ke arahku. Aku tersenyum melihat dari penampilan fisik dan busana yg beliau kenakan sempat terbesit rasa iba dan aku coba berkata "Bu, jilbabnya buat ibu aja.." tapi beliau malah meneteskan air mata, aku sempat bingung beberapa saat dan berfikir apa mungkin ibu itu tersinggung sama ucapanku? "Dek, ibu pingin beli jilbab buat anak ibu, mau ada kegiatan di sekolah yg mewajibkan kudu pake busana muslim, jilbab anak ibu udah pada jelek, anak ibu malu pakenya buat ke sekolah. Bapaknya tiap hari kerja tp dapat uang terbatas, ibu nyari hutangan ke tetangga tapi pada gak punya, padahal jilbabnya di butuhin besok. Adek kan jualan, ibu sering liat adek hampir tiap sore jualan keliling disini, ibu berfikir mengumpulkan uang seadanya kali aja seandainya ada kurang adek bisa menghutangkan, kalo gak percaya ibu bisa bawa adek ke rumah ibu, untuk beli jilbabnya masih kurang 7ribu" cerita si ibu. "Bu, aku ikhlas, sebelum ibu bercerita aku punya rasa ingin untuk memberikan jilbab ke ibu, ibu gak perlu berhutang.." sekali lagi si ibu seolah menolak apa yg aku beri "Gak dek, adek jualan, ibu ngerti susahnya orang jualan apalagi di jalanan, ibu berhutang aja, kalo adek kasihkan ke ibu nanti yg ada adek merugi" aku terus tersenyum melihat si ibu, akhirnya aku coba mengatakan "Bu, aku ada rejeki dari jilbab yg aku jual, dan kadang selalu ada rejeki, ini buat anak ibu satu dan buat ibu satu, ibu gak perlu berhutang sama aku, aku keliling jualan jilbab itu semua karena senang dan coba belajar kerja aja. Senang ketika melihat perempuan menutup auratnya, aku senang kerja semacam ini meskipun sangat sederhana" si ibu seperti gak enak hati saat menerima pemberianku tapi aku terus memaksanya sehingga beliau menerima apa yg aku beri. Sambil mengusap air mata beliau terus mengucapkan terima kasih hingga akhirnya pergi meninggalkanku.

Sedikit ilmu yg aku pelajari dari kejadian tersebut, bahwa seorang ibu mampu melakukan apapun untuk anaknya, bahwa seorang ibu rela meneteskan air mata demi melukiskan senyum di wajah anaknya, bahwa apa yg kita kerjakan jika itu di lakukan dengan dasar suka cita  dan mencintai apa yg kita kerjakan Insyaallah hasil yg di dapat pasti baik entah itu berupa rizki ataupun ilmu, bahwa dalam hidup: memberi adalah sebuah komunikasi yg paling baik.
Insyaallah selalu ada hikmah dan ilmu dalam setiap kejadian. :)

Mungkin segini dulu yg bisa aku bagikan, lanjut di halaman kedua. Meskipun aku gak yakin ada yg tertarik mampir membaca tulisan ini. :D